Sabtu, 10 Desember 2011
Rabu, 23 November 2011
"Jangan Menunggu Sukses, Baru Mau Bersyukur;
Tapi Bersyukurlah, Maka akan Bertambah Kesuksesanmu...
Jangan Menunggu bisa, Baru Melakukan;
Tapi Lakukanlah, Kamu Pasti Bisa......
Para Pecundang Selalu Menunggu Bukti;
Tapi Para Pemenang Selalu menjadi Bukti...
Seribu Kata akan Dikalahkan oleh SATU aksi Nyata..."
Kemarahan adalah keadaan dimana lidah bekerja lebih cepat daripada pikiran, dan tindakan lebih cepat dari nurani.
Tapi Bersyukurlah, Maka akan Bertambah Kesuksesanmu...
Jangan Menunggu bisa, Baru Melakukan;
Tapi Lakukanlah, Kamu Pasti Bisa......
Para Pecundang Selalu Menunggu Bukti;
Tapi Para Pemenang Selalu menjadi Bukti...
Seribu Kata akan Dikalahkan oleh SATU aksi Nyata..."
Kemarahan adalah keadaan dimana lidah bekerja lebih cepat daripada pikiran, dan tindakan lebih cepat dari nurani.
Kekayaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak investasi yang dia lakukan untuk memperoleh uang, tetapi seberapa besar investasi yang dia lakukan untuk memperoleh akhirat.Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri.Betapa sulitnya manusia bersyukur atas nafas yang masih berhembus di badan. Namun betapa mudahnya manusia mengeluh hanya karena kakinya menginjak kotoran.Tuhan tidak menurunkan takdir begitu saja. Tuhan memberikan takdir sesuai dengan apa yang kita lakukan. Jika kita maju dan berusaha, Tuhan akan memberikan takdir kesuksesan. Jika kita lengah dan malas, maka Tuhan akan memberikan takdir kegagalan.
Who I am???
MENGENAL DIRI PRIBADI ITU ATAS TIGA PERKARA
Filsafat Cinta Sufi
Jika kau bukan seorang pecinta,
jangan pandang hidupmu adalah hidup.
Sebab, tanpa cinta segala perbuatan tidak akan dihitung pada hari perhitungan nanti.
Setiap waktu yang berlalu tanpa cinta , akan menjelma menjadi wajah memalukan di hadapan Tuhan.
_______________
Para Pecinta Kepala-Mu pening karena aku.
Pukullah aku kalau begitu
Kau tahu aku tak ingin hidup tanpa diri-Mu
Bagiku lebih baik mati daripada pengusiran ini
Demi Allah yang membangkitkan kembali orang-orang mati.
Sama sekali tak mungkin percaya aku Bahwa Kau berpaling dari hamba-Mu
Selalu kukatakan ucapan yang dilontarkan musuh-musuhku
Hanya rekaan dusta semata.
Kau jiwaku dan tanpa jiwaku
Bagaimana mesti hidup aku
Kau mataku
tanpa Kau
Aku tak punya mata untuk melihat sesuatu.
________
Pernyataan Cinta
Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata
Kusimpan kasih-Mu dalam dada
Bila kucium harum mawar tanpa cinta -Mu
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku tenang, diam bagai ikan
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau yang telah menutup rapat dalam bibirku
Tariklah misaiku dalam dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana aku tahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi menahan kepedihan
Mengenangmu bagai unta memamah biak makanan
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.
Meskipun aku tinggal bersembunyi dan tidak bicara
Di hadirat kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah
Aku menanti tiada musim semi.
Hingga tanpa napasku sendiri Aku dapat bernapas wangi
Dan tanpa kepalaku sendiri Aku dapat membelai kepala lagi.
[membujuk yang tercinta)
________
Rahasia kegilaan adalah sumber akal.
Seorang dewasa gila karena cinta .
Ia yang bersama
Hatinya seribu kali lebih kuat dari dirinya sendiri
_______
Mati tanpa cinta adalah kematian yang terburuk dari segala kematian.
Tahukah mengapa tiram bergetar?
Tentu karena mutiara
_________
Cinta Tuhan terangi hati dan jadikan para pecinta terjaga sepanjang malam.
Wahai kawan, jika kau seorang pecinta jadilah seperti lilin.
Larut di sepanjang malam, membara hingga pagi datang!
Dia bagai cuaca beku di musim panas, bukanlah seorang pecinta.
Di tengah musim panas, hati seorang pecinta membakar musim gugur.
Wahai kawan, jika kau pendam cinta yang ingin kau nyatakan teriaklah seperti seorang pecinta!
Tapi jika kau terbelenggu nafsu, jangan nyatakan sesuatu pada cinta .
_________
Pilihlah cinta .
Ya cinta !
Tanpa manisnya cinta , hidup ini adalah beban.
Tentu engkau telah merasakannya.
Pengenalan RUH
PENGENALAN RUH SEBAGAI TAHAP AWAL PENGENALAN DIRI
Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakup secara esensial tentang jalan sufi dalam melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya, kemudian melangkah kepada aktivitas aktivitas, yang meliputi:
Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.
Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata.
Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari dzikir atau ingat kepada Allah.
Keempat, tajalliyah ar Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya.
Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh manusia.
Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa
Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah
Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah
Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah
Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah
Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah
Hal ini relevan dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:
"Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu'ad (jujur ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), di dalamnya lagi ada lubbun (merasa terialu rindu), dan di dalam lubbun ada sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada "Aku".
Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambaran di atas.
Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah : "Kun fayakun", yang artinya, "jadi maka jadilah" (QS : 36: 82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan) bersifat material. Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya Allah menitipkan kelima lathifah tersebut ke
dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat.
Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi tempat.
Umpamanya :
Lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah.
Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah.
Lathifah al-Ruhi sebagai tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya.
Dengan kata lain bertempatnya lathifah yang bersifat immaterial ke dalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.
Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat barzakhiyah (keadaan antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah).
Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkan ruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s.
Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah:
"Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa".
Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata, selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah. Dari proses inilah muncul
sejarah mistis tentang karakter manusia, sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).
Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah : "Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37).
Pada proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui tahapan. Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ). Ketika itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah
menambahkan ruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang memang sudah ada bersama dengan masuknya ruh al-hayat.
Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telah sempurna (bahkan mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah).
Maka dengan ini, manusia dapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif syari' (kewajiban syari'at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya.
Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari fokus pembahasan lathifah (kesadaran).
Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaran manusia.
Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas dan karakteristiknya.
Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan), atau kesadaran yang bersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah.
Walaupun demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai media bereksistensi. Menurut Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia. Ialah yang mengetahui, dia yang bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala. Lathifah ini pula yang dimaksudkan sabda Nabi "Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu".
Lathifah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusat gelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat "channelnya". Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah ini memiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).
Demikian juga dengan Lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifah al-ruh adalah suatu identitas yang lebih dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi dapat dirasakan adanya, dan diketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan. Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah
ini bersemayam sifat bahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah saja yang kekal), dan tampak pada pandangan batiniah.
Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali mengungkap sistem interiorisasi lathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran, yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr.
Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum merupakan latifiah yang terdalam. Ia masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309
H), dan Ibnu Arabi (637 H). Setelah ia mengalami "ittihad" dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman ruhaniah, sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma'bud adalah berbeda, manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhan.
Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar). Selain lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yang baik, ia juga merupakan
sarangnya sifat sabbu'iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan fana' fi al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya.
Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaan istilah ini mengacu kepada hadis Nabi : "Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah yang mencukupi". Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah. Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke
kanan, berhubungan dengan limpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad, kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah.
Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah Lathifah al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada dan berhubungan dengan empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan. Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan'isyq (kerinduan) yang mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w. sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang mengunjungi.
Relevan dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh manusia dalam upaya kontemplasi, yaitu:
Pertama, qalb yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah.Kedua, ruh berfungsi untuk mencintai Allah, dan
Ketiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.
Dengan demikian proses ma'rifat kepada Allah menurut al Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini.
Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil 'alamin; Tradisi kenabian pada hakekatnya tidak lepas dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan kealam semestaan untuk merefleksikan asma Allah.
Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakup secara esensial tentang jalan sufi dalam melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya, kemudian melangkah kepada aktivitas aktivitas, yang meliputi:
Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.
Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata.
Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari dzikir atau ingat kepada Allah.
Keempat, tajalliyah ar Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya.
Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh manusia.
Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa
Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah
Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah
Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah
Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah
Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah
Hal ini relevan dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:
"Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu'ad (jujur ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), di dalamnya lagi ada lubbun (merasa terialu rindu), dan di dalam lubbun ada sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada "Aku".
Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambaran di atas.
Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah : "Kun fayakun", yang artinya, "jadi maka jadilah" (QS : 36: 82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan) bersifat material. Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya Allah menitipkan kelima lathifah tersebut ke
dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat.
Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi tempat.
Umpamanya :
Lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah.
Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah.
Lathifah al-Ruhi sebagai tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya.
Dengan kata lain bertempatnya lathifah yang bersifat immaterial ke dalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.
Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat barzakhiyah (keadaan antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah).
Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkan ruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s.
Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah:
"Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa".
Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata, selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah. Dari proses inilah muncul
sejarah mistis tentang karakter manusia, sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).
Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah : "Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37).
Pada proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui tahapan. Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ). Ketika itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah
menambahkan ruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang memang sudah ada bersama dengan masuknya ruh al-hayat.
Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telah sempurna (bahkan mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah).
Maka dengan ini, manusia dapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif syari' (kewajiban syari'at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya.
Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari fokus pembahasan lathifah (kesadaran).
Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaran manusia.
Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas dan karakteristiknya.
Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan), atau kesadaran yang bersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah.
Walaupun demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai media bereksistensi. Menurut Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia. Ialah yang mengetahui, dia yang bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala. Lathifah ini pula yang dimaksudkan sabda Nabi "Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu".
Lathifah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusat gelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat "channelnya". Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah ini memiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).
Demikian juga dengan Lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifah al-ruh adalah suatu identitas yang lebih dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi dapat dirasakan adanya, dan diketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan. Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah
ini bersemayam sifat bahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah saja yang kekal), dan tampak pada pandangan batiniah.
Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali mengungkap sistem interiorisasi lathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran, yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr.
Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum merupakan latifiah yang terdalam. Ia masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309
H), dan Ibnu Arabi (637 H). Setelah ia mengalami "ittihad" dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman ruhaniah, sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma'bud adalah berbeda, manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhan.
Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar). Selain lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yang baik, ia juga merupakan
sarangnya sifat sabbu'iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan fana' fi al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya.
Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaan istilah ini mengacu kepada hadis Nabi : "Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah yang mencukupi". Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah. Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke
kanan, berhubungan dengan limpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad, kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah.
Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah Lathifah al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada dan berhubungan dengan empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan. Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan'isyq (kerinduan) yang mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w. sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang mengunjungi.
Relevan dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh manusia dalam upaya kontemplasi, yaitu:
Pertama, qalb yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah.Kedua, ruh berfungsi untuk mencintai Allah, dan
Ketiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.
Dengan demikian proses ma'rifat kepada Allah menurut al Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini.
Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil 'alamin; Tradisi kenabian pada hakekatnya tidak lepas dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan kealam semestaan untuk merefleksikan asma Allah.
Ma'rifatul Insan(Pegenalan Diri Pribadi)
MENGENAL DIRI SENDIRI
(Ma’rifatul Insan)
SIAPAKAH ANDA SEBENARNYA? Sebuah pertanyaan singkat yang banyak
diremehkan orang. Seseorang akan cenderung menjawab dengan kalimat
singkat sesingkat pertanyaannya. “Saya adalah seorang pekerja, saya adalah
seorang laki-laki, saya adalah ……” dan banyak contoh jawaban yang akan
terlontar dengan nada yang hampir sama yaitu hanya mengungkapkan ciri-ciri
lahiriah saja, ciri-ciri yang tampak oleh mata.
Maksud dari pengenalan diri sendiri sebenarnya mempunyai makna yang dalam
dan luas, mempunyai segi-segi yang perlu dikenali dan direnungkan secara
seksama. Segi-segi atau hal-hal yang harus kita kenali dan direnungkan agar kita
bisa mengenal diri kita adalah :
1. Kedudukan Diri Seseorang Di Hadapan Allah
Sesuai dengan hakikat penciptaan manusia bahwa manusia dilahirkan di
muka bumi ini adalah untuk beribadah,mengabdi kepada Sang Khaliq, Allah
swt. Inilah hal pertama yang harus kita kenal pada diri kita sebab semua kunci
diri manusia, baik buruknya ada di tangan-Nya. Jika Allah memandang baik
seorang hamba maka pandangan sesama makhluk akan baik pula, begitu
pula sebaliknya. Oleh karena itu coba renungkan dan intospeksi diri
bagaimana kedudukan kita di hadapan Allah. Memang hal itu adalah hal gaib,
tapi paling tidak kita bisa merasakan seberapa dekat kita dengan Allah
dengan melihat : Seajauh mana kita telah beribadah ditinjau dari kualitas dan
kuantitasnya, fenomena terkabul tidaknya doa, semangat untuk mendalami
ilmu agama, keikhlasan untuk mengorbankan waktu, tenaga, harta bahkan
nyawa untuk tegaknya dienul Islam.
• Sebaik-baiknya orang di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. (Al
Quran)
• Jika Allah menghendaki kabaikan pada diri seseorang maka Allah akan
memberikan kepahaman terhadap agama. (Al Hadist)
Fitrah yang ada pada diri manusia adalah manusia diciptakan dalam keadaan
suci tanpa membawa dosa keturunan. Dan seharusnya hal itulah yang
seharusnya dipertahankan di hadapan penciptanya yaitu menjaga diri agar
tetap suci dengan tidak mengerjakan dosa dan kemaksiatan dan dengan
selalu memperbaharui tobat kepada Allah swt agar kedudukan di hadapan
Nya tetap mulia, sampai-sampai lebih mulia dari para malaikat, dan jangan
sampai meletakkan diri kita lebih rendah dibanding hewan ternak karena kita
tidak bisa menjaga kesucian fitrah sebagai manusia.
2. Kedudukan Diri Di Mata Sesama Manusia
Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga sebagai makhluk sosial.
Manusia tak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dia akan selalu
berhubungan dan berkomunikasi dengan masyarakat. Melihat begitu
pentingnya masyarakat atau orang lain maka seorang individu harus bisa
menempatkan diri di dalam masyarakat. Kemulian akhlaq, kepandaian
seseorang menempatkan diri menjadikan dirinya mempunyai harga di mata
orang lain, sehingga seseorang akan dihargai dan dibutuhkan di mata
masyarakat atau minimal tidak mendapat predikat buruk.
• Masyarakat mempunyai hukum tidak tertulis yang terkadang lebih
kejam dari hukum tertulis.
• Kepribadian seseorang dapat diketahui dengan melihat siapa teman
akrabnya.
Oleh karena itu hal-hal di bawah ini harus diperhatikan dalam pengenalan diri
1. Apa hakikat penciptaan jin dan manusia ? (Adz Dzariat : 56)
2. Apa saja kewajiban manusia kepada Penciptanya ?
3. Apakah manusia bisa hidup sendiri ?
4. Apa kewajiban manusia kepada Penciptanya yang berhubungan dengan
sesama manusia ?
diremehkan orang. Seseorang akan cenderung menjawab dengan kalimat
singkat sesingkat pertanyaannya. “Saya adalah seorang pekerja, saya adalah
seorang laki-laki, saya adalah ……” dan banyak contoh jawaban yang akan
terlontar dengan nada yang hampir sama yaitu hanya mengungkapkan ciri-ciri
lahiriah saja, ciri-ciri yang tampak oleh mata.
Maksud dari pengenalan diri sendiri sebenarnya mempunyai makna yang dalam
dan luas, mempunyai segi-segi yang perlu dikenali dan direnungkan secara
seksama. Segi-segi atau hal-hal yang harus kita kenali dan direnungkan agar kita
bisa mengenal diri kita adalah :
1. Kedudukan Diri Seseorang Di Hadapan Allah
Sesuai dengan hakikat penciptaan manusia bahwa manusia dilahirkan di
muka bumi ini adalah untuk beribadah,mengabdi kepada Sang Khaliq, Allah
swt. Inilah hal pertama yang harus kita kenal pada diri kita sebab semua kunci
diri manusia, baik buruknya ada di tangan-Nya. Jika Allah memandang baik
seorang hamba maka pandangan sesama makhluk akan baik pula, begitu
pula sebaliknya. Oleh karena itu coba renungkan dan intospeksi diri
bagaimana kedudukan kita di hadapan Allah. Memang hal itu adalah hal gaib,
tapi paling tidak kita bisa merasakan seberapa dekat kita dengan Allah
dengan melihat : Seajauh mana kita telah beribadah ditinjau dari kualitas dan
kuantitasnya, fenomena terkabul tidaknya doa, semangat untuk mendalami
ilmu agama, keikhlasan untuk mengorbankan waktu, tenaga, harta bahkan
nyawa untuk tegaknya dienul Islam.
• Sebaik-baiknya orang di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. (Al
Quran)
• Jika Allah menghendaki kabaikan pada diri seseorang maka Allah akan
memberikan kepahaman terhadap agama. (Al Hadist)
Fitrah yang ada pada diri manusia adalah manusia diciptakan dalam keadaan
suci tanpa membawa dosa keturunan. Dan seharusnya hal itulah yang
seharusnya dipertahankan di hadapan penciptanya yaitu menjaga diri agar
tetap suci dengan tidak mengerjakan dosa dan kemaksiatan dan dengan
selalu memperbaharui tobat kepada Allah swt agar kedudukan di hadapan
Nya tetap mulia, sampai-sampai lebih mulia dari para malaikat, dan jangan
sampai meletakkan diri kita lebih rendah dibanding hewan ternak karena kita
tidak bisa menjaga kesucian fitrah sebagai manusia.
2. Kedudukan Diri Di Mata Sesama Manusia
Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga sebagai makhluk sosial.
Manusia tak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dia akan selalu
berhubungan dan berkomunikasi dengan masyarakat. Melihat begitu
pentingnya masyarakat atau orang lain maka seorang individu harus bisa
menempatkan diri di dalam masyarakat. Kemulian akhlaq, kepandaian
seseorang menempatkan diri menjadikan dirinya mempunyai harga di mata
orang lain, sehingga seseorang akan dihargai dan dibutuhkan di mata
masyarakat atau minimal tidak mendapat predikat buruk.
• Masyarakat mempunyai hukum tidak tertulis yang terkadang lebih
kejam dari hukum tertulis.
• Kepribadian seseorang dapat diketahui dengan melihat siapa teman
akrabnya.
Oleh karena itu hal-hal di bawah ini harus diperhatikan dalam pengenalan diri
1. Apa hakikat penciptaan jin dan manusia ? (Adz Dzariat : 56)
2. Apa saja kewajiban manusia kepada Penciptanya ?
3. Apakah manusia bisa hidup sendiri ?
4. Apa kewajiban manusia kepada Penciptanya yang berhubungan dengan
sesama manusia ?
Membuat Wajah Zombie
Dalam tutorial ini kita akan mangedit zombie hanya dalam beberapa langkah. Anda akan menakutkan seperti ini:
Step 1
Buka foto gadis. Anda dapat menggunakan foto sendiri yang Anda suka.
Step 2
Buka foto baru. Sebaiknya gunakan foto yang terlihat menjijikkan. Ingat kita sedang mencoba untuk menakut-nakuti orang dengan zombie yang terlihat nyata !!!
Step 3
Nah, yang perlu kita lakukan di sini hanya memilih bagian dari gambar yang menjijikkan. Gunakan Lasso Tool dan mulailah menyeleksi.
Kemudian Klik Select > Modify > Feather
Dan set Feather radius 20 Pixel
Copy (Ctrl + C) yang telah di Seleksi
Step 4
Paste (Ctrl + V) seleksi ke gambar gadis itu dan tentukan ukuran jangan lupa untuk memutarnya.
Step 5
Klik Image > Adjustments > Color Balance atau tekan Ctrl + B. Gunakan: -19, 16; 1 untuk menentukan nilai Color Levels. dan jangan lupa periksa gambar untuk melihat hasil penyesuaiannya
Step 6
Klik Image > Adjustments > Brightness and contrast. Gunakan setting : Brightness: -32; Contrast: -13.
Step 7
Kita perlu menutupi sebagian besar wajah dengan bagian-bagian yang menjijikkan. Jadi kembali ke gambar "Operasi" dan tambahkan bagian lain. Paste pada wajah gadis, dan ulangi langkah 5 dan 6 untuk mencocokkan warna.
Ketika wajah ditutupi Anda akan memiliki banyak Layer dengan bagian-bagian kecil kulit Sombi'.
Step 8
Sekarang kembali ke Layer asli dan seleksi bagian mata.
Copy (Ctrl + C) seleksi and Paste di layer baru.
Klik Image > Adjustments > Color Balance atau tekan Ctrl + B. Gunakan 0, 0 and -83 seperti Gambar di bawah :
Klik Image > Adjustments > Color Balance atau tekan Ctrl + B. Gunakan 0, 0 and -83 seperti Gambar di bawah :
Ubah layer ke Screen mode.
Step 9
Sekarang gabungkan semua Layer sehingga kita dapat melihat hasilnya. Untuk itu kita perlu memilih Layer Original, tahan SHIFT dan klik pada Layer atas (marged). Sekarang Anda telah memilih semua Layer, Tekan Ctrl + Alt + E. Sekarang kita telah meyatukan semua Layer dalam satu Layer baru.
Step 10
Gandakan merge layer. Klik Layer > Duplicate Layer atau tekan CTRL + J. Pilih Layer yang telah di Gandakan Klik Image > Adjustments > Hue/Saturation dan atur nilainya.
Hue: 81, Saturation: 15, Lightness: -1
Sesuaikan seperti Gambar di bawah ini :
Tekan Ok. Atur Layer ke mode Linear Light dan Opacity 77%
Step 11
Sekarang Anda lihat mengapa kita perlu menjaga Layer tua. Gandakan Layer "mata" dan letakkan pada Layer teratas.
Sekarang Klik Image > Adjustments > Curves dan gunakan settingan berikut :
Sekarang tekan Ok dan selesai degh Editannya...
Good luck yah, semoga Tutorial ini bermanfaat bagi nusa dan bangsa
hahahaaaa...
Selasa, 22 November 2011
Berdiri di atas semua Golongan
Dalam hidup, jangan pernah biarkan sesuatu yang kamu inginkan membuatmu lupa apa yang telah kami miliki
BERDOA, bukan karena kamu membutuhkan sesuatu, tapi karena kamu harus bersyukur atas apa yang telah Dia berikan dalam hidupmu
Sahabat adalah mereka yang mampu membuatmu tertawa hingga menangis, dan menunggumu menangis hingga kamu tertawa
Waktu bagaikan pedang yang tajam, kalau bukan kita yang menebasnya maka dia yang akan menebas kita.
5 November Kelabu
Tak satupun orang bisa menjamin dirinya
Selamat di saat ajal memanggilnya
Setitik kesalahan semua akan diperhitungkan
Semisai buih dosa telah kita kerjakan
Setiap mata, hati, tangan, kaki, akan jadi saksi
Tiada dusta diri yang tak terhakimi
Luka sepi air mata tak berarti lagi
Akan terlambat segala sesal di waktu nanti
Aku hanya pikir saya akan menjatuhkan baris Untuk membiarkan kau tahu aku peduli Untuk Anda telah di pikiran saya hari ini dan selamanya. Dan aku ingin mengatakan aku di sini Jika Anda merasa perlu teman Untuk berbagi apa yang ada di pikiran Anda Jangan ragu untuk memanggil saya Karena aku akan selalu ada untuk anda
Aku hilang setiap hari Dan berharap kau ada di sini Aku berharap untuk melihat wajah Anda lagi Dan kerinduan lagi untuk berbagi Semua kita yang terdalam rahasia Kerinduan jiwa Meskipun jarak antara kita datang Kenangan aku masih terus menanti
Aku merindukanmu lebih dari biasanya Karena Anda pergi Dan aku bertanya-tanya tentang anda Dan bagaimana Anda menghabiskan hari-hari Anda. Saya hanya ingin memberi tahu Anda, Anda berada di pikiran dan di hati saya setiap hari Dan aku ingin untuk melihat wajah Anda tersenyum Hanya satu kali lagi saya berdoa agar waktu itu datang padaku
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
Popular Posts
-
Jika kau bukan seorang pecinta, jangan pandang hidupmu adalah hidup. Sebab, tanpa cinta segala perbuatan tidak akan dihitung pada hari pe...
-
PENGENALAN RUH SEBAGAI TAHAP AWAL PENGENALAN DIRI Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan...
-
MENGENAL DIRI SENDIRI (Ma...
-
MENGENAL DIRI PRIBADI ITU ATAS TIGA PERKARA Bermula adapun mengenal diri itu atas tiga perkara : pertama: Hendaklah ia mengeta...
-